Kabul - Malik Amir
Mohammad Khan Afridi hobi memelihara kumisnya. Namun, gara-gara kumis
pula dia diculik oleh kelompok Islam garis keras Pakistan. Dia diancam
akan dibunuh jika tak mau mencukur habis kumisnya.
Ayah sepuluh
anak asal Peshawar, Pakistan, ini disekap di sebuah gua selama satu
bulan. Kini setelah dibebaskan, dia mencari suaka dan meminta pemerintah
Inggris untuk membantunya.
Menurut Afridi, kumis dalam
masyarakatnya adalah simbol kejantanan dan kemakmuran. "Aku tidak suka
merokok. Aku tidak menyukai tembakau, atau minum. Berkumis adalah
satu-satunya pilihan dalam hidupku. Aku bahkan lebih baik tak makan
daripada tak berkumis. Kumis adalah hidupku," katanya.
Ia
memelihara kumis sejak usia 22 tahun. Afridi menghabiskan 30 menit
sehari untuk membelai dan merapikan kumisnya. Biaya untuk memelihara
rambut di atas bibirnya itu, terutama untuk membeli minyak kelapa dan
sabun khusus, menghabiskan biaya 100 poundsterling perbulan.
Ancaman
bagi kumis Afridi datang ketika kelompok militan Lashkar-e-Islam, yang
menguasai sejumlah bagian di distrik Kyber, menegakkan aturan baru
tentang larangan berkumis dan kewajiban memelihara jenggot.
Ketika
ia menolak untuk membayar uang perlindungan kepada kelompok, ia ditahan
di sebuah gua sampai akhirnya ia mau bercukur. Namun setelah
dibebaskan, dia kembali memelihara kumisnya dan mulai menerima ancaman
lagi tahun lalu.
Dia sekarang terpaksa meninggalkan keluarganya
untuk jangka waktu yang lama dan tinggal di Faisalabad di mana ia merasa
lebih aman. Afridi berharap kumisnya bisa menjadi tiket untuk dia dan
keluarganya melarikan diri dari Pakistan.
source:tempo.co
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar